Iblis Syaitan Suka Menimbulkan Perselisihan Diantara Manusia

Manusia adalah makhuk sosial yang selalu memiiki keterikatan dengan manusia lainnya baik keterikatan dalam keluarga maupun keterikatan dalam masyarakat. Manusia tidak dapat hidup tanpa adanya keterikatan karena saling membutuhkan. Keterikatan antara sesama manusia merupakan ladang bagi syaitan untuk menimbulkan perselisihan antara sesama manusia.

Perselisihan antara sesama manusia dapat menimbulkan amarah dan mengotori hati. Perselisihan dalam keluarga misalnya perselisihan antara orang tua dengan anak, perselisihan antara ayah dengan ibu, perselisihan antara anak dengan anak, dll.

Perselisihan dalam lingkungan masyarakat misalnya perselisihan diantara tetangga, perselisihan diantara rekan sekantor, perselisihan diantara suku, perselisihan antara masyarakat dengan pemerintah, dll. Hal ini dapat diterangkan dalam Qur'an
 
"Dan katakan kepada hamba - hamba-Ku. "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka". Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia" (QS . Al-Isra : 53)




Perselisihan ampuh untuk menggugurkan iman untuk berbuat dosa sehingga pahala yang sudah diraih hilang. Panen yang diraih syaitan dari perselisihan yaitu, broken home atau perceraian, menjatuhkan rekanan kerja, perebutan kekuasaan, dll. Langkah - langkah yang harus dilakukan untuk menghindari perselisihan adalah :
  1. Menyadari bahwa dimanapun kita berada syaitan menginginkan perselisihan.
  2. Bersihkan hati selalu berkata lurus menegakkan kebenaran karena Allah, bukan karena manusia. Baca juga, Jika Segumpal Hati Baik Maka Baik Pula Seluruh Jasad Manusia
  3. Menghindari makanan dan minuman yang haram supaya syaitan tidak mudah menguasai jiwa dan raga kita.
  4. Bahasa yang santun dalam keadaan apapun jangan sampai amarah berkata kasar sebagaimana hadits Nabi SAW
"Kemarahan itu dari syaitan sedangkan syaitan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau marah bewudhulah" (HR Abu Daud)